Category: ORPHAN CARE

mengisi kekosongna
ARTICLEORPHAN CARE

Peran Orang Tua Asuh: Mengisi Kekosongan Anak Yatim Piatu

Anak-anak LKSA Hasanah Kautsar.

Anak-anak yatim piatu atau dhuafa yang tinggal di panti asuhan seringkali menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan mereka. Kehilangan kasih sayang orang tua, yang merupakan fondasi emosional utama dalam perkembangan mereka, bisa meninggalkan bekas yang mendalam pada perkembangan mereka. Dalam situasi ini, peran orang tua asuh sangatlah penting dalam memberikan mereka rasa aman, kasih sayang, dan dukungan yang mereka butuhkan untuk tumbuh menjadi individu yang sehat secara fisik, mental, ekonomi, dan sosial.

Orang tua asuh bukan hanya menggantikan fungsi orang tua kandung, tetapi juga memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk berkembang menjadi pribadi yang mandiri, penuh kasih dan siap menghadapi tantangan hidup. Adapun beberapa hal dalam peran orang tua asuh:

1. Memberikan Kasih Sayang dan Perhatian

Salah satu aspek terpenting yang dibutuhkan oleh anak-anak yatim piatu atau dhuafa adalah kasih sayang. Anak-anak yang kehilangan orang tua mereka sering kali merasakan kekosongan emosional yang mendalam. Dalam banyak kasus, mereka juga menghadapi trauma psikologis akibat kehilangan atau kondisi hidup yang kurang stabil. Di sinilah peran orang tua asuh menjadi sangat penting. Mereka tidak hanya memberikan perhatian fisik, tetapi juga membangun hubungan emosional yang dapat mengurangi rasa kesepian dan memberikan rasa aman.

Orang tua asuh yang penuh kasih dapat menciptakan ikatan emosional dengan anak-anak tersebut, mengajarkan mereka rasa percaya diri, serta memberikan rasa dihargai dan dicintai, meskipun mereka tidak tumbuh dalam keluarga kandung.

2. Menjadi Teladan

Anak-anak yang tinggal di panti asuhan, sering kali tumbuh dalam lingkungan yang jauh dari gambaran keluarga ideal. Oleh karena itu, orang tua asuh dapat menjadi teladan yang penting dalam kehidupan mereka. Mereka memberikan contoh tentang bagaimana menjadi individu yang bertanggung jawab, peduli, dan memiliki nilai-nilai moral yang baik.

Sebagai teladan, orang tua asuh mengajarkan kepada anak-anak bagaimana berinteraksi dengan orang lain, mengelola emosi, dan membuat keputusan yang bijaksana. Hal ini membantu mereka mengembangkan rasa harga diri yang positif, serta membentuk pola pikir yang dapat membawa mereka menuju kehidupan yang lebih baik.

3. Membantu Anak-anak untuk Menjadi Mandiri

Selain memberikan kasih sayang, orang tua asuh juga berperan dalam membantu anak-anak untuk menjadi mandiri. Keterampilan ini sangat penting untuk membantu mereka menjadi mandiri di masa depan. Orang tua asuh dapat mengisi kekosongan ini dengan mengajarkan keterampilan seperti memasak, merawat diri, mengelola waktu, serta keterampilan sosial lainnya.

Keterampilan-keterampilan ini bukan hanya tentang kesiapan anak untuk hidup mandiri di masa depan, tetapi juga meningkatkan rasa percaya diri mereka dan memberi mereka kemampuan untuk menghadapi tantangan kehidupan dengan lebih baik.

4. Memberikan Pendidikan dan Pengarahan Moral

Pendidikan bukan hanya terbatas pada pembelajaran akademis, tetapi juga mencakup pendidikan karakter dan moral. Anak-anak yang tinggal di panti asuhan sering kali tidak memiliki akses ke pendidikan keluarga secara langsung, sehingga peran orang tua asuh dalam memberikan pengarahan moral dan etika sangat penting. Mereka dapat mengajarkan nilai-nilai seperti kejujuran, rasa tanggung jawab, empati, dan menghargai orang lain.

Selain pendidikan formal, orang tua asuh juga bisa mengenalkan anak-anak kepada keterampilan praktis yang dapat membantu mereka mendapatkan pekerjaan di masa depan. Keterampilan ini, yang bisa meliputi bidang-bidang seperti teknologi, keterampilan seni, atau kewirausahaan, memberikan anak-anak kesempatan yang lebih besar untuk sukses ketika mereka tumbuh dewasa.

5. Memberikan Stabilitas Emosional dan Keamanan

Keamanan fisik dan emosional sangat penting untuk perkembangan anak-anak. Kehidupan di panti asuhan bisa terasa kurang stabil dan kadang-kadang tidak memberikan rasa kehangatan yang didapatkan dalam keluarga. Orang tua asuh, meskipun tidak dapat menggantikan orang tua kandung, dapat menciptakan rasa stabilitas yang sangat dibutuhkan. Mereka dapat memberikan rasa aman dengan menyediakan lingkungan yang penuh perhatian dan kasih sayang, sehingga anak-anak merasa dilindungi dan dihargai.

Stabilitas emosional yang diberikan oleh orang tua asuh memungkinkan anak-anak untuk lebih fokus pada pengembangan diri, belajar dengan tenang, dan menjalin hubungan yang sehat dengan teman sebaya. Rasa aman ini juga membantu mereka untuk mengatasi trauma masa lalu dan melihat masa depan dengan lebih baik.

6. Memberikan Akses untuk Masa Depan yang Lebih Baik

Seringkali anak-anak yatim piatu atau dhuafa yang tinggal di panti asuhan terbatas dalam hal akses ke kesempatan pendidikan, pelatihan, dan juga jaringan sosial. Orang tua asuh yang memiliki jaringan yang lebih luas dapat membantu membuka kesempatan ini bagi anak-anak untuk berkembang. Baik dalam hal memperoleh akses ke pendidikan yang lebih baik, mengikuti kursus keterampilan, atau bahkan mendapatkan peluang beasiswa, orang tua asuh dapat menjadi jembatan penting bagi anak-anak untuk meraih potensi terbaik mereka.

7. Memenuhi Kebutuhan Fisik dan Kesehatan Anak

Selain kebutuhan emosional dan psikologis, orang tua asuh juga memiliki peran dalam memenuhi kebutuhan fisik dan kesehatan anak-anak di panti asuhan. Ini meliputi pemenuhan kebutuhan gizi, perhatian terhadap kesehatan fisik, serta akses ke layanan medis yang tepat. Orang tua asuh dapat memastikan bahwa anak-anak mendapatkan pola makan yang sehat, cukup tidur, serta pengawasan medis yang diperlukan, yang semuanya mendukung perkembangan fisik yang optimal.

Anak LKSA Hasanah Kautsar bersama pengasuh.

Peran orang tua asuh dalam kehidupan anak-anak yatim piatu atau dhuafa yang tinggal di panti asuhan sangatlah penting. Mereka bukan hanya berfungsi sebagai pemberi dalam hal ekonomi, tetapi juga sebagai pemberi kasih sayang, guru, pengarah moral, serta pendamping yang mendampingi anak-anak untuk tumbuh dan berkembang menjadi individu yang kuat, mandiri, dan bertanggung jawab. Melalui perhatian dan dukungan mereka, anak-anak ini dapat memiliki harapan dan peluang untuk masa depan yang lebih baik, meskipun mereka telah kehilangan sebagian besar dari yang mereka cintai.

Dengan menjadi orang tua asuh, Anda tidak hanya membantu memenuhi kebutuhan dasar mereka, tetapi juga membuka peluang besar bagi mereka untuk menggapai cita-cita dan masa depan yang lebih baik. Mari bersama-sama kita memberikan harapan bagi anak-anak yang membutuhkan. Tunjukkan kasih sayang dan dukungan Anda dengan menjadi orang tua asuh. Dengan sedikit usaha, kita bisa menciptakan masa depan yang cerah bagi mereka dan membantu menciptakan generasi penerus yang penuh potensi dan kasih sayang.

Donasi Disini: http://bit.ly/OrangTuaAsuhHF

rasul dengan anak anak yatim
ARTICLEORPHAN CARE

Kisah Rasulullah SAW Menjadi Orang Tua Asuh

Dikisahkan, suatu ketika Rasulullah SAW berangkat untuk melaksanakan salat Id. Di perjalanan, beliau melihat banyak anak-anak yang bermain dengan ceria. Namun, beliau terkejut ketika melihat seorang anak kecil, sendiri, dengan pakaian lusuh, menangis di tepi jalan.

Merasa iba, Rasulullah SAW pun bertanya, “Wahai anak kecil, apa yang membuatmu menangis? Mengapa engkau tidak bermain bersama teman-temanmu?”
Anak kecil itu, yang tidak tahu bahwa orang di hadapannya adalah Rasulullah, menjawab, “Wahai pria di hadapanku, ayahku telah meninggal dalam peperangan bersama Rasulullah. Setelah itu, ibuku menikah lagi dan menghabiskan semua harta milikku. Ayah tiriku lalu mengusirku dari rumah.”
“Sejak saat itu, aku tak lagi memiliki makanan, minuman, pakaian, atau rumah. Hari ini (Idulfitri), aku melihat begitu banyak anak-anak yang bahagia bersama ayah mereka. Hal itu membuatku sedih dan menangis.”
Mendengar penjelasan anak yatim tersebut, Rasulullah merasa iba dan ingin merawatnya.

“Wahai anak kecil, bersediakah jika aku menjadi ayahmu, Aisyah menjadi ibumu, Ali menjadi pamanmu, Hasan dan Husein menjadi kedua saudara laki-lakimu, serta Fatimah menjadi saudara perempuanmu?” tawar Rasulullah SAW.

Anak itu, yang kemudian menyadari bahwa pria di hadapannya adalah Rasulullah, menjawab dengan penuh kegembiraan, “Bagaimana mungkin aku tidak senang, wahai Rasulullah?”

Nabi pun membawanya pulang, memberinya pakaian yang indah, makanan yang mengenyangkan, menghiasinya, dan memberinya minyak wangi yang harum. Kini, anak yatim itu bisa bermain dengan tawa bahagia bersama teman-teman seusianya.

Syekh Utsman bin Hasan bin Ahmad as-Syakir al-Khuwairy, salah satu ulama abad ke-13, dalam kitab Durratun Nashihin (hal. 278).

Kisah ini merupakan teladan yang dicontohkan oleh Rasulullah. Apakah banyak orang di masa kini yang mengikuti sunah ini? Tentu saja, masih banyak yang menjaga tradisi menjadi orang tua asuh bagi anak-anak yatim piatu.

Anak-anak LKSA Hasanah Kautsar sebelum berangkat ke sekolah.

Peran orang tua asuh sangat penting bagi anak yatim piatu, karena menentukan arah masa depan mereka. Anak yatim piatu tidak pernah memilih nasibnya, namun keadaan membuat mereka harus berjuang untuk diri sendiri, dan tak jarang mengorbankan kebahagiaan dan masa kanak-kanak mereka.

Peran keluarga sangat penting dalam kehidupan individu, terutama dalam perkembangan anak. Berikut peran-peran penting keluarga:
1. Pendidikan pertama: Keluarga adalah lembaga pertama di mana anak mempelajari nilai-nilai, norma, dan pola interaksi sosial.
2. Pembentukan karakter: Keluarga berperan dalam membentuk akhlak dan karakter anak.
3. Perkembangan sosial, emosional, dan kognitif: Hubungan orang tua dan anak dapat mendukung perkembangan sosial, emosional, dan kognitif anak.
4. Membangun kepercayaan: Hubungan yang baik antara orang tua dan anak membantu anak membangun kepercayaan diri dan kepercayaan terhadap orang lain.
5. Memenuhi kebutuhan anak: Keluarga berperan dalam menyediakan kebutuhan pokok anak, seperti tempat tinggal yang aman, memberikan stimulasi sesuai usia, dan memberikan akses pendidikan.
6. Pengasuhan yang baik: Keluarga harus memberikan kasih sayang, penerimaan penuh, dan tidak membandingkan anak dengan anak lain.
7. Membangun ikatan emosional: Keluarga perlu menciptakan ikatan emosional yang kuat dengan memperhatikan dan memahami anak.

Peran orang tua adalah sebagai wadah utama yang menentukan masa depan seorang anak. Bagi anak-anak yatim piatu, wadah pertama mereka adalah kita sebagai masyarakat, serta panti asuhan dan lembaga kesejahteraan anak lainnya. Namun, peran ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa dukungan aktif dari masyarakat, terutama kita sebagai Orang Tua Asuh.

Mari kita ikuti sunah Rasulullah SAW dengan menjadi orang tua asuh bagi anak-anak yatim piatu di Panti Hasanah Kautsar.

DSC06681
NEWSORPHAN CARE

Orang Tua Asuh: Bersilaturahmi, Ikhlas Dari Hati Nurani

“Alasan saya datang jauh-jauh dari Amerika ke Indonesia karena keinginan yang timbul dari hati nurani, sehingga saya tergerak untuk membantu dan menjenguk anak-anak di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Hasanah Kautsar. Meskipun bantuan dari saya adalah berupa materi, saya akan selalu mengusahakan hal itu (membantu).
~Tuan Ilyas Chaudhary, salah satu Orang Tua Asuh LKSA Hasanah Kautsar.

Tuan Ilyas Chaudhary bersama salah satu anak LKSA Hasanah Kautsar, Ahmad.

Perjalanan Tuan Ilyas Chaudhary dari Amerika ke Indonesia bukanlah sekadar perjalanan bisnis. Beliau menempuh perjalanan dengan niat tulus yang diiringi oleh cinta dari hati yang paling dalam untuk bertemu dengan anak-anak yatim piatu di Hasanah Kausar.

Pada 19 Oktober 2024, Tuan Ilyas Chaudhary menyempatkan diri mengunjungi LKSA Hasanah Kautsar Humanity First di Tasikmalaya. Perjalanan dari Jakarta menuju Tasikmalaya ditempuh dalam waktu sekitar 6 jam, dimulai dengan kereta cepat (Whoosh) dan kemudian dilanjut dengan kereta api. Karena beliau sudah memiliki agenda penting untuk keesokan harinya, waktu kunjungan beliau menjadi sangat terbatas. Dalam perjalanan ini, beliau didampingi oleh Chairman HF Indonesia, Bapak Kandali Achmad Lubis.

Sesampainya di LKSA Hasanah Kautsar, Tuan Ilyas Chaudhary disambut hangat oleh para pengurus dan juga anak-anak yatim piatu di Hasanah kautsar. Meski dengan waktu yang singkat, beliau memanfaatkannya dengan berkeliling LKSA Hasanah Kautsar, melihat ke semua sudut ruangan dan berbincang dengan pengurus serta anak-anak. Beliau sangat senang akhirnya dapat berkunjung dan bertemu langsung dengan anak-anak yang selama ini beliau bantu tiap bulannya sebagai Orang Tua Asuh.

Sebelum perpisahan, pertemuan ini ditutup dengan doa bersama, dan Tuan Ilyas mendapat hadiah berupa lukisan dari salah satu anak yatim piatu bernama Dzakia. Beliau merasa terharu dan bahagia atas pemberian tersebut.

Tuan Ilyas Chaudhary mendapatkan buah tangan dari salah satu anak LKSA Hasanah Kautsar yaitu Dzakia.

Sebelum berangkat kembali ke Jakarta, Tuan Ilyas Chaudhary menyempatkan diri untuk berfoto bersama pengurus dan anak-anak LKSA Hasanah Kautsar.

“Ini bukan tentang saya. Justru ini adalah tentang kalian (HF), yang telah bekerja dengan baik untuk merawat dan memfasilitasi anak-anak yatim di panti asuhan ini.”

Tuan Ilyas Chaudhary bersama dengan Chairman HF Indonesia, Bapak Kandali Achmad Lubis berfoto bersama dengan para pengurus dan anak-anak asuh LKSA Hasanah Kautsar.

Mari berikan dampak positif dalam hidup anak-anak LKSA Hasanah Kautsar, Bergabunglah sebagai “Orang Tua Asuh” dan jadilah bagian dari perubahan hidup mereka. Mari kita bantu ciptakan lingkungan yang lebih baik bagi mereka, sehingga setiap anak memiliki kesempatan untuk berkembang secara optimal.

Donasi Disini: http://bit.ly/OrangTuaAsuhHF

WMHD
NEWSORPHAN CARE

Hari Kesehatan Jiwa Sedunia: Mempertahankan Kesehatan Jiwa di Tengah Kehilangan

Setiap tanggal 10 Oktober, kita memperingati Hari Kesehatan Jiwa Nasional, sebuah momen penting untuk meningkatkan kesadaran akan isu kesehatan mental di masyarakat. Kesehatan jiwa adalah bagian integral dari keseluruhan kesehatan individu dan berpengaruh pada cara kita berpikir, merasa, dan berperilaku. Di tengah tantangan kehidupan modern yang penuh tekanan, perhatian terhadap kesehatan mental menjadi semakin mendesak. Salah satu isu yang perlu diperhatikan juga dalam konteks ini adalah dampak kesehatan mental pada anak-anak yang tidak memiliki peran orang tua, baik karena kehilangan orang tua, ditelantarkan, atau ditempatkan dalam sistem asuh.

Ilustrasi seorang anak yang menyendiri

Dalam perjalanan hidup, kehadiran orang tua memainkan peran yang sangat penting dalam perkembangan anak. Namun, bagi sebagian anak, kenyataan pahit harus diterima ketika mereka tumbuh tanpa sosok orang tua di sisi mereka. Salah satu aspek yang sering terabaikan adalah dampak kesehatan mental pada anak-anak yang tumbuh tanpa kehadiran orang tua. Kehilangan ini tidak hanya menciptakan kesedihan, tetapi juga meninggalkan jejak yang mendalam pada perkembangan psikologis mereka.

Dampak Kehilangan Peran Orang Tua:

1.⁠ ⁠Masalah Keterikatan Emosional Anak-anak yang kehilangan orang tua sering kali merasa kurang memiliki ikatan emosional yang aman dengan orang dewasa di sekitar mereka. Mereka mungkin merasa terisolasi, tidak dicintai, atau tidak diperhatikan, yang dapat menyebabkan gangguan keterikatan (attachment disorder) di masa dewasa.
2.⁠ ⁠Rasa Tidak Aman dan Takut Ketiadaan orang tua dapat memunculkan perasaan ketidakpastian tentang masa depan dan rasa takut akan kehilangan lebih lanjut. Anak mungkin merasa sulit untuk mempercayai orang lain, sehingga mengganggu hubungan interpersonal di kemudian hari.
3.⁠ ⁠Risiko Stres dan Trauma Kehilangan orang tua, terutama dalam keadaan yang traumatis (seperti kematian, perceraian, atau penelantaran), dapat memicu respons stres yang berkepanjangan. Anak-anak yang hidup dalam situasi penuh tekanan berisiko mengalami gangguan stres pasca-trauma (PTSD) dan gangguan kecemasan lainnya.
4.⁠ ⁠Perilaku Merusak Diri Anak-anak yang tumbuh tanpa dukungan orang tua yang stabil lebih mungkin untuk terlibat dalam perilaku yang merusak diri sendiri, seperti penggunaan obat-obatan terlarang, kenakalan remaja, dan bahkan percobaan bunuh diri. Mereka mungkin mencari cara untuk “mengatasi” perasaan sakit emosional yang mereka alami.
5.⁠ ⁠Kesulitan Akademis dan Sosial Anak-anak tanpa orang tua atau yang hidup dalam kondisi yang tidak stabil sering kali mengalami masalah di sekolah. Mereka mungkin kesulitan berkonsentrasi, berperilaku baik, atau berinteraksi dengan teman sebaya karena beban emosional yang mereka bawa.

Anak-anak yang kehilangan orang tua atau perannya sering kali menghadapi tantangan emosional yang serius. Rasa kesepian, kecemasan, dan depresi bisa menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari mereka. Tanpa dukungan yang memadai, mereka cenderung merasa terasing, berjuang untuk membangun hubungan sosial, dan menghadapi kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan mereka.

Melalui peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, kita diingatkan bahwa kesehatan mental tak mengenala umur, justru harusnya mental anak-anak yang terabaikan ini yang dijaga karena akan memiliki impact yang panjang untuk ke depannya. Sebagai masyarakat, kita memiliki tanggung jawab untuk memperhatikan dan mendukung anak-anak yang tumbuh tanpa kehadiran orang tua.

Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:

1.⁠ ⁠Dukungan dari Sistem Asuh: Sistem asuh yang baik dapat memberikan lingkungan yang stabil dan penuh kasih sayang bagi anak-anak yang membutuhkan. Pengasuh dan keluarga angkat yang peduli dapat membantu anak-anak ini merasa dihargai dan dicintai.
2.⁠ ⁠Terapi dan Konseling: Terapi psikologis dan konseling sangat penting dilakukan bagi anak-anak agar kita bisa tahu perkembangangan kesehatan jiwa mereka.

Salah satu anak LKSA Hasanah Kautsar bersama seorang psikolog

Dalam programnya, Humanity First juga turut ikut membantu anak-anak yang terabaikan ini melalui program Orang Tua Asuh di LKSA Hasanah Kautsar,yang mana kita dapat memberikan dukungan yang dibutuhkan untuk membantu mereka pulih dan tumbuh dengan sehat. Mari kita buka hati dan bersatu untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi mereka, sehingga setiap anak, terlepas dari latar belakangnya, dapat memiliki kesempatan untuk berkembang secara optimal dan sehat secara mental.

WhatsApp Image 2024-09-13 at 07.28.57
NEWSORPHAN CARE

Pemeriksaan Psikologis untuk Anak: Kepedulian Orang Tua terhadap Anak Yatim Piatu

Tim Humanity First Indonesia bersama dr. Ade berbincang bersama Pengurus dan Pengasuh di LKSA Hasanah Kautsar terkait Anak-anak di sana.

Anak – anak yang berada di Panti Asuhan merupakan anak kita, jadi permasalahan anak – anak tersebut merupakan permasalah kita bersama, kita adalah Ayah dan Ibu mereka saat ini, seyogianya seperti orang tua, maka tugas kita adalah memantau perkembangan mereka agar masa depan mereka baik.” Inilah peran kita sebagai, “Orang Tua Asuh.

Kandali Achmad Lubis,
Chairman HF Indonesia.

 

Di zaman yang serba maju seperti saat ini, di mana teknologi digital dan media sosial sangat mempengaruhi kesehatan mental anak-anak zaman sekarang. Kondisi ini cenderung mendorong anak zaman sekarang menjadi mudah stres, terutama terjadi pada remaja dengan rentang usia 10 – 17 tahun. Temuan ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh The Conversation, University of Queensland, dan Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health di Amerika Serikat.

Beberapa situasi yang memicu remaja Indonesia rentan terkena gangguan mental adalah masalah keluarga, persoalan teman sebaya, dan stres personal. Kurangnya penanganan dan perhatian akan masalah kesehatan mental remaja, bisa jadi memicu kerentanan remaja Indonesia mengalami gangguan mental. Apalagi untuk anak – anak yang berada di Panti Asuhan, tentunya resiko mereka terkena gangguan mental sangatlah tinggi. Terlebih pula jika melihat dari latar belakang mereka, itu menjadi salah satu pemicu kesehatan mental lebih mudah menyerang mereka.

Oleh sebab itu, Humanity First Indonesia melakukan langkah mitigasi dengan melakukan pemeriksaan kesehatan di LKSA/ Panti Asuhan di bawah naungan Humanity First. Pemeriksaan ini kita lakukan selama tiga hari, mulai dari hari Jum’at pada tanggal 6 sampai dengan tanggal 8 September 2024. Kegiatan pemeriksaan kesehatan mental ini merupakan kegiatan rutin dalam rangka menjaga kesehatan fisik dan mental anak – anak yang ada di Panti Asuhan.

                                             

dr. Ahmad Syaiful Husein Dahlan, Sp. KJ, Psikiater RS. Siloam di Jakarta.

Kegiatan pemeriksaan kali ini dilakukan oleh seorang dokter relawan, dr. Ahmad Syaiful Husein Dahlan, Sp. KJ atau yang akrab kita panggil dengan dr. Ade. Dr. Ade adalah seorang psikiater yang sehari – hari bertugas di RS. Siloam, Jakarta. Dr. Ade merupakan seorang Purnawirawan (Purn) TNI dari Angkatan Laut dengan pangkat sebagai Kolonel. Semangat kemanusiaan milik beliau sangatlah besar, hal ini terbukti ketika dr. Ade kami hubungi dan kami mintai tolong, beliau langsung menyanggupi dan bersedia meluangkan waktunya untuk melakukan pemeriksaan terhadap anak – anak yatim piatu di LKSA Hasanah Kautsar. Selepas pemeriksaan, dr. Ade menyampaikan,

Untuk mencegah permasalahan kesehatan mental adalah dengan memperkuat wadah atau tempat tinggal lingkungan anak – anak yatim piatu berlindung.”

 

Saat ini, wadah anak – anak yatim piatu di LKSA Hasanah Kautsar adalah para pengurus dan pengasuh. Pula, wadah ini sangat baik sehingga kesehatan anak – anak di LKSA Hasanah Kautsar cukup baik walaupun latar belakang permasalahan masa lalu mereka sangat buruk.

dr. Ade sedang melakukan pemeriksaan kepada salah satu anak LKSA Hasanah Kautsar.

Kegiatan pemeriksaan mental ini merupakan kegiatan yang sangat penting untuk HF (Humanity First), karena nasib anak – anak tersebut merupakan tanggung jawab HF yang menaungi LKSA tersebut dan tugas kita bersama yaitu, pemerintah dan masyarakat sesuai Undang – undang Perlindungan Anak. Kegiatan ini juga didampingi oleh Chairman HF Indonesia, Bapak Kandali Achmad Lubis, Vice Chairman HF Indonesia, Ahmad Masihuddin, dan Advisor HF Indonesia, Bapak Aryudi. Selain pemeriksaan pada anak kami bersama dr. Ade, kami juga melakukan briefing bersama pengurus dan pengasuh anak yatim piatu di LKSA Hasanah Kautsar dalam parenting anak dan membangun pola – pola dan sistem monitoring perkembangan anak.

LKSA Hasanah Kautsar_1
NEWSORPHAN CARE

LKSA Hasanah Kautsar: Wujud kepedulian terhadap Anak Yatim Piatu


“It takes a village to raise a child.” artinya, “Membutuhkan satu desa untuk mengasuh seorang anak.” ujar Tuan Waleed, perwakilan Humanity First USA.


Rabu, 28 Februari 2024 – Humanity First Indonesia melakukan peresmian Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) yang bernama Hasanah Kautsar. LKSA ini merupakah tempat singgah atau tempat pengasuhan anak – anak yatim piatu yang saat ini dikelola oleh Humanity First Indonesia. Sebelumnya, Panti Asuhan ini dikelola oleh Yayasan Wisma Damai dan pada April 2023, dilakukan pengambil alihan pengelolaan oleh Humanity First Indonesia. LKSA ini merupakah program Orphan Care Humanity First secara Internasional dan LKSA Hasanah Kautsar ini program kerjasama antara Humanity First Indonesia dengan Humanity First USA. LKSA ini menerima anak – anak yatim piatu yang membutuhkan pengasuhan, pendidikan, keterampilan dan hal lainnya agar masa depan anak – anak yatim piatu yang menerima manfaat dari LKSA ini mendapatkan masa depan yang lebih baik lagi. Karena persoalan anak yatim piatu ini bukan hanya tugas pemerintah namun menjadi tugas kami secara pribadi dapat membantu, tugas lembaga yang dalam hal ini Humanity First sebagai lembaga yang resmi yang bergerak dalam kerja – kerja kemanusiaan.

Dalam acara peresmian LKSA Hasanah Kautsar, wakil dari Humanity First USA, Tuan Waleed, menyampaikan ada pepatah dalam Bahasa Inggris, “It takes a village to raise a child.” artinya, “Membutuhkan satu desa untuk mengasuh seorang anak.” Persoalan anak yatim piatu merupakan persoalan yang cukup berat dan membutuhkan kerja bersama. Dalam acara peresmian ini, kami melihat pepatah itu secara langsung, satu komunitas, satu desa datang untuk mendukung Panti Asuhan ini. Semoga, kita dapat memberikan yang terbaik untuk anak – anak yatim piatu dalam asuhan kita ke depannya.

Selain dari perwakilan Humanity First USA, peresmian juga dihadiri oleh Chairman BOT Humanity First Indonesia, Bpk. Mln. Mirajuddin. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan bahwa, pengasuhan anak yatim piatu ini merupakah perintah Allah Ta’ala yang perintahnya ada dalam Al-Qur’an dan disunahkan oleh Rasulullah SAW dalam sunah dan hadistnya. Mengutip surat Al-Ma’un, di mana dalam ayat tersebut dijelaskan:

“Tahukah kamu (orang), yang mendustakan agama, maka itulah orang yang menghardik anak yatim piatu, tidak memberi makan orang miskin, maka celakalah orang yang shalat.”


Dalam momen peresmian tersebut, Chairman BOT Humanity First Indonesia mengajak kepada semua untuk bersama – sama menyatuni anak yatim piatu. Melalui LKSA Hasanah Kautsar ini, semoga menjadi pintu untuk kita semua dalam kebaikan dan melayani kemanusiaan. Peresmian ditutup dengan rangkaian acara lainnya berupa penarikan kain yang menutupi logo Branding LKSA dan penandatanganan sebuah batu tanda prasasti oleh Chairman BOT Humanity First Indonesia (Bpk. Mln. Mirajuddin Syahid), Perwakilan Humanity First USA (Tuan Waleed) Chairman Humanity First Indonesia (Kandali Achmad Lubis) dan pendonor yang sudah menghibahkan tanahnya untuk LKSA Hasanah Kautsar (Drs H. Mansur Ahmad).

Peresmian ini didatangi oleh tokoh – tokoh yang berperan dalam kiprah LKSA sebelum diambil alih oleh Humanity First Indonesia dan juga dihadiri oleh tokoh – tokoh lainnya di Tasikmalaya seperti perwakilan dari komisi perlindungan anak daerah tasikmalaya (Ajat), Ketua PERADI (Dr. Andi, SH.), Fatayat NU dan tokoh-tokoh lainnya. Acara peresmian ini bekerjasama dengan Lembaga Forum Bhineka Tunggal Ika yang diketuai oleh Asep Rizal, yang selama ini sangat giat dalam memperjuangkan giat – giat kemanusiaan di Tasikmalaya. Rangkaian kegiatan peresmian ini meliputi Bakti Sosial Pengobatan, Pemberian Sembako untuk Anak Yatim Piatu di luar Panti Asuhan. Semoga, Humanity First Indonesia dapat memberikan yang terbaik dalam mengasuh dan melayani anak – anak yatim piatu di LKSA Hasanah Kautsar. (red.)