Category: NEWS

DSC06681
NEWSORPHAN CARE

Orang Tua Asuh: Bersilaturahmi, Ikhlas Dari Hati Nurani

“Alasan saya datang jauh-jauh dari Amerika ke Indonesia karena keinginan yang timbul dari hati nurani, sehingga saya tergerak untuk membantu dan menjenguk anak-anak di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Hasanah Kautsar. Meskipun bantuan dari saya adalah berupa materi, saya akan selalu mengusahakan hal itu (membantu).
~Tuan Ilyas Chaudhary, salah satu Orang Tua Asuh LKSA Hasanah Kautsar.

Tuan Ilyas Chaudhary bersama salah satu anak LKSA Hasanah Kautsar, Ahmad.

Perjalanan Tuan Ilyas Chaudhary dari Amerika ke Indonesia bukanlah sekadar perjalanan bisnis. Beliau menempuh perjalanan dengan niat tulus yang diiringi oleh cinta dari hati yang paling dalam untuk bertemu dengan anak-anak yatim piatu di Hasanah Kausar.

Pada 19 Oktober 2024, Tuan Ilyas Chaudhary menyempatkan diri mengunjungi LKSA Hasanah Kautsar Humanity First di Tasikmalaya. Perjalanan dari Jakarta menuju Tasikmalaya ditempuh dalam waktu sekitar 6 jam, dimulai dengan kereta cepat (Whoosh) dan kemudian dilanjut dengan kereta api. Karena beliau sudah memiliki agenda penting untuk keesokan harinya, waktu kunjungan beliau menjadi sangat terbatas. Dalam perjalanan ini, beliau didampingi oleh Chairman HF Indonesia, Bapak Kandali Achmad Lubis.

Sesampainya di LKSA Hasanah Kautsar, Tuan Ilyas Chaudhary disambut hangat oleh para pengurus dan juga anak-anak yatim piatu di Hasanah kautsar. Meski dengan waktu yang singkat, beliau memanfaatkannya dengan berkeliling LKSA Hasanah Kautsar, melihat ke semua sudut ruangan dan berbincang dengan pengurus serta anak-anak. Beliau sangat senang akhirnya dapat berkunjung dan bertemu langsung dengan anak-anak yang selama ini beliau bantu tiap bulannya sebagai Orang Tua Asuh.

Sebelum perpisahan, pertemuan ini ditutup dengan doa bersama, dan Tuan Ilyas mendapat hadiah berupa lukisan dari salah satu anak yatim piatu bernama Dzakia. Beliau merasa terharu dan bahagia atas pemberian tersebut.

Tuan Ilyas Chaudhary mendapatkan buah tangan dari salah satu anak LKSA Hasanah Kautsar yaitu Dzakia.

Sebelum berangkat kembali ke Jakarta, Tuan Ilyas Chaudhary menyempatkan diri untuk berfoto bersama pengurus dan anak-anak LKSA Hasanah Kautsar.

“Ini bukan tentang saya. Justru ini adalah tentang kalian (HF), yang telah bekerja dengan baik untuk merawat dan memfasilitasi anak-anak yatim di panti asuhan ini.”

Tuan Ilyas Chaudhary bersama dengan Chairman HF Indonesia, Bapak Kandali Achmad Lubis berfoto bersama dengan para pengurus dan anak-anak asuh LKSA Hasanah Kautsar.

Mari berikan dampak positif dalam hidup anak-anak LKSA Hasanah Kautsar, Bergabunglah sebagai “Orang Tua Asuh” dan jadilah bagian dari perubahan hidup mereka. Mari kita bantu ciptakan lingkungan yang lebih baik bagi mereka, sehingga setiap anak memiliki kesempatan untuk berkembang secara optimal.

Donasi Disini: http://bit.ly/OrangTuaAsuhHF

WMHD
NEWSORPHAN CARE

Hari Kesehatan Jiwa Sedunia: Mempertahankan Kesehatan Jiwa di Tengah Kehilangan

Setiap tanggal 10 Oktober, kita memperingati Hari Kesehatan Jiwa Nasional, sebuah momen penting untuk meningkatkan kesadaran akan isu kesehatan mental di masyarakat. Kesehatan jiwa adalah bagian integral dari keseluruhan kesehatan individu dan berpengaruh pada cara kita berpikir, merasa, dan berperilaku. Di tengah tantangan kehidupan modern yang penuh tekanan, perhatian terhadap kesehatan mental menjadi semakin mendesak. Salah satu isu yang perlu diperhatikan juga dalam konteks ini adalah dampak kesehatan mental pada anak-anak yang tidak memiliki peran orang tua, baik karena kehilangan orang tua, ditelantarkan, atau ditempatkan dalam sistem asuh.

Ilustrasi seorang anak yang menyendiri

Dalam perjalanan hidup, kehadiran orang tua memainkan peran yang sangat penting dalam perkembangan anak. Namun, bagi sebagian anak, kenyataan pahit harus diterima ketika mereka tumbuh tanpa sosok orang tua di sisi mereka. Salah satu aspek yang sering terabaikan adalah dampak kesehatan mental pada anak-anak yang tumbuh tanpa kehadiran orang tua. Kehilangan ini tidak hanya menciptakan kesedihan, tetapi juga meninggalkan jejak yang mendalam pada perkembangan psikologis mereka.

Dampak Kehilangan Peran Orang Tua:

1.⁠ ⁠Masalah Keterikatan Emosional Anak-anak yang kehilangan orang tua sering kali merasa kurang memiliki ikatan emosional yang aman dengan orang dewasa di sekitar mereka. Mereka mungkin merasa terisolasi, tidak dicintai, atau tidak diperhatikan, yang dapat menyebabkan gangguan keterikatan (attachment disorder) di masa dewasa.
2.⁠ ⁠Rasa Tidak Aman dan Takut Ketiadaan orang tua dapat memunculkan perasaan ketidakpastian tentang masa depan dan rasa takut akan kehilangan lebih lanjut. Anak mungkin merasa sulit untuk mempercayai orang lain, sehingga mengganggu hubungan interpersonal di kemudian hari.
3.⁠ ⁠Risiko Stres dan Trauma Kehilangan orang tua, terutama dalam keadaan yang traumatis (seperti kematian, perceraian, atau penelantaran), dapat memicu respons stres yang berkepanjangan. Anak-anak yang hidup dalam situasi penuh tekanan berisiko mengalami gangguan stres pasca-trauma (PTSD) dan gangguan kecemasan lainnya.
4.⁠ ⁠Perilaku Merusak Diri Anak-anak yang tumbuh tanpa dukungan orang tua yang stabil lebih mungkin untuk terlibat dalam perilaku yang merusak diri sendiri, seperti penggunaan obat-obatan terlarang, kenakalan remaja, dan bahkan percobaan bunuh diri. Mereka mungkin mencari cara untuk “mengatasi” perasaan sakit emosional yang mereka alami.
5.⁠ ⁠Kesulitan Akademis dan Sosial Anak-anak tanpa orang tua atau yang hidup dalam kondisi yang tidak stabil sering kali mengalami masalah di sekolah. Mereka mungkin kesulitan berkonsentrasi, berperilaku baik, atau berinteraksi dengan teman sebaya karena beban emosional yang mereka bawa.

Anak-anak yang kehilangan orang tua atau perannya sering kali menghadapi tantangan emosional yang serius. Rasa kesepian, kecemasan, dan depresi bisa menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari mereka. Tanpa dukungan yang memadai, mereka cenderung merasa terasing, berjuang untuk membangun hubungan sosial, dan menghadapi kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan mereka.

Melalui peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, kita diingatkan bahwa kesehatan mental tak mengenala umur, justru harusnya mental anak-anak yang terabaikan ini yang dijaga karena akan memiliki impact yang panjang untuk ke depannya. Sebagai masyarakat, kita memiliki tanggung jawab untuk memperhatikan dan mendukung anak-anak yang tumbuh tanpa kehadiran orang tua.

Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:

1.⁠ ⁠Dukungan dari Sistem Asuh: Sistem asuh yang baik dapat memberikan lingkungan yang stabil dan penuh kasih sayang bagi anak-anak yang membutuhkan. Pengasuh dan keluarga angkat yang peduli dapat membantu anak-anak ini merasa dihargai dan dicintai.
2.⁠ ⁠Terapi dan Konseling: Terapi psikologis dan konseling sangat penting dilakukan bagi anak-anak agar kita bisa tahu perkembangangan kesehatan jiwa mereka.

Salah satu anak LKSA Hasanah Kautsar bersama seorang psikolog

Dalam programnya, Humanity First juga turut ikut membantu anak-anak yang terabaikan ini melalui program Orang Tua Asuh di LKSA Hasanah Kautsar,yang mana kita dapat memberikan dukungan yang dibutuhkan untuk membantu mereka pulih dan tumbuh dengan sehat. Mari kita buka hati dan bersatu untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi mereka, sehingga setiap anak, terlepas dari latar belakangnya, dapat memiliki kesempatan untuk berkembang secara optimal dan sehat secara mental.

WhatsApp Image 2024-09-13 at 07.28.57
NEWSORPHAN CARE

Pemeriksaan Psikologis untuk Anak: Kepedulian Orang Tua terhadap Anak Yatim Piatu

Tim Humanity First Indonesia bersama dr. Ade berbincang bersama Pengurus dan Pengasuh di LKSA Hasanah Kautsar terkait Anak-anak di sana.

Anak – anak yang berada di Panti Asuhan merupakan anak kita, jadi permasalahan anak – anak tersebut merupakan permasalah kita bersama, kita adalah Ayah dan Ibu mereka saat ini, seyogianya seperti orang tua, maka tugas kita adalah memantau perkembangan mereka agar masa depan mereka baik.” Inilah peran kita sebagai, “Orang Tua Asuh.

Kandali Achmad Lubis,
Chairman HF Indonesia.

 

Di zaman yang serba maju seperti saat ini, di mana teknologi digital dan media sosial sangat mempengaruhi kesehatan mental anak-anak zaman sekarang. Kondisi ini cenderung mendorong anak zaman sekarang menjadi mudah stres, terutama terjadi pada remaja dengan rentang usia 10 – 17 tahun. Temuan ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh The Conversation, University of Queensland, dan Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health di Amerika Serikat.

Beberapa situasi yang memicu remaja Indonesia rentan terkena gangguan mental adalah masalah keluarga, persoalan teman sebaya, dan stres personal. Kurangnya penanganan dan perhatian akan masalah kesehatan mental remaja, bisa jadi memicu kerentanan remaja Indonesia mengalami gangguan mental. Apalagi untuk anak – anak yang berada di Panti Asuhan, tentunya resiko mereka terkena gangguan mental sangatlah tinggi. Terlebih pula jika melihat dari latar belakang mereka, itu menjadi salah satu pemicu kesehatan mental lebih mudah menyerang mereka.

Oleh sebab itu, Humanity First Indonesia melakukan langkah mitigasi dengan melakukan pemeriksaan kesehatan di LKSA/ Panti Asuhan di bawah naungan Humanity First. Pemeriksaan ini kita lakukan selama tiga hari, mulai dari hari Jum’at pada tanggal 6 sampai dengan tanggal 8 September 2024. Kegiatan pemeriksaan kesehatan mental ini merupakan kegiatan rutin dalam rangka menjaga kesehatan fisik dan mental anak – anak yang ada di Panti Asuhan.

                                             

dr. Ahmad Syaiful Husein Dahlan, Sp. KJ, Psikiater RS. Siloam di Jakarta.

Kegiatan pemeriksaan kali ini dilakukan oleh seorang dokter relawan, dr. Ahmad Syaiful Husein Dahlan, Sp. KJ atau yang akrab kita panggil dengan dr. Ade. Dr. Ade adalah seorang psikiater yang sehari – hari bertugas di RS. Siloam, Jakarta. Dr. Ade merupakan seorang Purnawirawan (Purn) TNI dari Angkatan Laut dengan pangkat sebagai Kolonel. Semangat kemanusiaan milik beliau sangatlah besar, hal ini terbukti ketika dr. Ade kami hubungi dan kami mintai tolong, beliau langsung menyanggupi dan bersedia meluangkan waktunya untuk melakukan pemeriksaan terhadap anak – anak yatim piatu di LKSA Hasanah Kautsar. Selepas pemeriksaan, dr. Ade menyampaikan,

Untuk mencegah permasalahan kesehatan mental adalah dengan memperkuat wadah atau tempat tinggal lingkungan anak – anak yatim piatu berlindung.”

 

Saat ini, wadah anak – anak yatim piatu di LKSA Hasanah Kautsar adalah para pengurus dan pengasuh. Pula, wadah ini sangat baik sehingga kesehatan anak – anak di LKSA Hasanah Kautsar cukup baik walaupun latar belakang permasalahan masa lalu mereka sangat buruk.

dr. Ade sedang melakukan pemeriksaan kepada salah satu anak LKSA Hasanah Kautsar.

Kegiatan pemeriksaan mental ini merupakan kegiatan yang sangat penting untuk HF (Humanity First), karena nasib anak – anak tersebut merupakan tanggung jawab HF yang menaungi LKSA tersebut dan tugas kita bersama yaitu, pemerintah dan masyarakat sesuai Undang – undang Perlindungan Anak. Kegiatan ini juga didampingi oleh Chairman HF Indonesia, Bapak Kandali Achmad Lubis, Vice Chairman HF Indonesia, Ahmad Masihuddin, dan Advisor HF Indonesia, Bapak Aryudi. Selain pemeriksaan pada anak kami bersama dr. Ade, kami juga melakukan briefing bersama pengurus dan pengasuh anak yatim piatu di LKSA Hasanah Kautsar dalam parenting anak dan membangun pola – pola dan sistem monitoring perkembangan anak.

Picture1
NEWSWATER FOR LIFE

Sorotan Internasional terhadap Proyek Air Water for Life di Nusa Tenggara Timur

Foto: Vice President World Water Forum.

Bali, 25 Mei 2024 – World Water Forum ke-10, acara internasional terbesar di sektor air, kembali digelar. Acara ini, yang diadakan setiap tiga tahun sekali, melibatkan berbagai pemangku kepentingan mulai dari pemerintah, bisnis, hingga organisasi masyarakat sipil dari seluruh dunia. Diselenggarakan pada 18-25 Mei 2024 di Bali, forum ini dihadiri oleh 8 kepala negara dan 105 menteri dari seluruh dunia. Tema tahun ini adalah “Water for Shared Prosperity”, yang menekankan pentingnya air sebagai kunci kemakmuran bersama.

Dalam forum ini, proyek Water for Life yang dijalankan oleh Humanity First mendapat sorotan internasional. Humanity First diundang sebagai pembicara untuk membahas topik “Blue Planet Solution”, memberikan platform untuk menyoroti upaya global dalam penyediaan air bersih kepada mereka yang paling membutuhkan.


foto: Proses pengeboran untuk mendapatkan air bersih Sabu Raijua, NTT.

Humanity First, organisasi nirlaba yang telah menyediakan air bersih kepada lebih dari 5,48 juta orang melalui 5.616 instalasi air di 30 negara, kini merencanakan pembangunan fasilitas air bersih di lima lokasi di Indonesia. Lokasi tersebut meliputi Pulau Sabu, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Desa Nonbaun, Pulau Lembata, dan daerah terkering di Indonesia, yaitu Kabupaten Sumba Timur. Proyek ini diproyeksikan akan memberikan air berkelanjutan kepada 3.000 orang.

Ansar Ahmad, Direktur Fundraising Humanity First Indonesia, dalam talkshow tersebut, menggarisbawahi ketidakadilan akses air bersih yang terjadi di Nusa Tenggara Timur (NTT).

“Kita yang berada di kota-kota besar sering take water for granted karena air bersih tersedia di mana-mana, seperti di forum ini yang menyediakan air gratis di setiap sudut. Namun, tidak jauh dari Bali, banyak orang yang kesulitan mendapatkan air bersih.” ujar Ansar.

foto: Wanita Memikul Air di NTT.

Ia menjelaskan bahwa anak-anak di NTT sering harus menempuh jarak 1-2 kilometer hanya untuk mendapatkan air sebelum pergi ke sekolah. Kondisi ini mengakibatkan terganggunya pendidikan mereka serta berkontribusi pada tingginya angka stunting di NTT, yang merupakan tertinggi di Indonesia. Ansar menekankan bahwa air bersih adalah kunci kehidupan, dan dengan adanya akses air yang memadai, masyarakat dapat menghemat pengeluaran, menikmati makanan yang lebih bergizi, dan anak-anak bisa lebih fokus pada pendidikan mereka.

Dalam kesempatan ini, Ansar Ahmad juga mengajak masyarakat internasional untuk lebih peduli terhadap isu air bersih dan tidak menganggap remeh ketersediaan air. Ia mengajak semua pihak untuk turut berkontribusi dalam menyediakan air bersih bagi mereka yang sangat membutuhkan melalui proyek Water for Life di Nusa Tenggara Timur.

 Sorotan internasional terhadap proyek ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran global tentang pentingnya air bersih dan mendorong lebih banyak kontribusi untuk menciptakan solusi bagi planet biru yang berkelanjutan. Dengan kolaborasi dan dukungan dari berbagai pihak, proyek ini diharapkan mampu memberikan dampak signifikan bagi masyarakat di NTT dan menjadi contoh inspiratif bagi upaya penyediaan air bersih di seluruh dunia.

WhatsApp Image 2024-05-19 at 15.48.18
NEWS

Pertemuan Amir Nasional JAI dan Chairman Humanity First Internasional: Bangun Komitmen Memperkuat Kerja Kemanusiaan di Indonesia

Foto: Hudhur aba dalam Konferensi Humanity First Sedunia.

“Anda semua yang mengabdi di Humanity First harus ingat bahwa ini adalah tujuan Anda dan oleh karena itu, dengan pengabdian yang besar, Anda harus mengerahkan energi Anda demi tujuan yang diberkati ini. Tentu saja, untuk memenuhi tujuan melayani orang lain tanpa pamrih itulah Humanity First didirikan. Inilah yang membedakan Anda dari organisasi lain, karena Anda mengabdi di Humanity First bukan hanya karena sifat baik Anda atau karena kewajiban duniawi; sebaliknya, pelayanan Anda sebenarnya merupakan tuntutan dan panggilan iman Anda. Seperti yang telah saya jelaskan, melayani kemanusiaan adalah prinsip dasar Islam.”
[Kutipan Pidato Hadhrat Mirza Masroor Ahmad dalam Konferensi Humanity First sedunia]

Pidato yang disampaikan oleh Hudhur aba tercinta menjadi semangat Humanity First secara Internasional dalam melayani kemanusiaan di dunia. Hal ini selaras dengan apa yang sedang dilakukan Chairman Humanity First Internasional, Ahmad Sayed, dalam kunjungannya ke Indonesia 3 Mei 2024.

Foto: Chairman Humanity First Internasonal dan Amir Nasional JAI.

Dalam kunjungan ini, Chairman Humanity First Internasional meminta arahan dari Amir Nasional JAI, Mln. Mirajuddin Sahid Shd, mengenai kerja kemanusiaan di Indonesia. Amir Nasional pun menyampaikan arahannya terkait pendidikan untuk masyarakat yang terpinggirkan sangat penting dan dibantu di Indonesia.

Selain itu, dalam pertemuan ini, Chairman Humanity First Internasional juga menginformasikan hasil mulaqat dengan Hudhur aba mengenai rumah yatim piatu LKSA Hasanah Kautsar, “Hudhur aba sangat senang, bangunannya bagus.” Hudhur aba pun menyarankan agar dapat menambah kapasitas anak-anak yatim piatu yang ditampung dari 25 menjadi 40 apabila memungkinkan.

Amir Nasional JAI sekaligus sebagai Chairman BOT Humanity First Indonesia juga menerangkan bahwa kerja yang dilakukan Humanity First merupakan sifat rahman Allah Ta’ala karena pelayanan yang diberikan oleh Humanity First tidak memandang bulu. Terlepas dari suku, agama, ras, dan golongannya, selama mereka membutuhkan bantuan kemanusiaan di situlah kita harus hadir sebagai wujud sifat rahman Allah Ta’ala. Oleh karena itu, dari pertemuan ini diharapkan akan ada berbagai kolaborasi demi memperkuat kerja kemanusiaan di Indonesia. Dukungan peran Chairman BOT menjadi bagian penting yang tidak dapat terpisahkan dalam kerja kemanusiaan Humanity First selama ini.

LKSA Hasanah Kautsar_1
NEWSORPHAN CARE

LKSA Hasanah Kautsar: Wujud kepedulian terhadap Anak Yatim Piatu


“It takes a village to raise a child.” artinya, “Membutuhkan satu desa untuk mengasuh seorang anak.” ujar Tuan Waleed, perwakilan Humanity First USA.


Rabu, 28 Februari 2024 – Humanity First Indonesia melakukan peresmian Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) yang bernama Hasanah Kautsar. LKSA ini merupakah tempat singgah atau tempat pengasuhan anak – anak yatim piatu yang saat ini dikelola oleh Humanity First Indonesia. Sebelumnya, Panti Asuhan ini dikelola oleh Yayasan Wisma Damai dan pada April 2023, dilakukan pengambil alihan pengelolaan oleh Humanity First Indonesia. LKSA ini merupakah program Orphan Care Humanity First secara Internasional dan LKSA Hasanah Kautsar ini program kerjasama antara Humanity First Indonesia dengan Humanity First USA. LKSA ini menerima anak – anak yatim piatu yang membutuhkan pengasuhan, pendidikan, keterampilan dan hal lainnya agar masa depan anak – anak yatim piatu yang menerima manfaat dari LKSA ini mendapatkan masa depan yang lebih baik lagi. Karena persoalan anak yatim piatu ini bukan hanya tugas pemerintah namun menjadi tugas kami secara pribadi dapat membantu, tugas lembaga yang dalam hal ini Humanity First sebagai lembaga yang resmi yang bergerak dalam kerja – kerja kemanusiaan.

Dalam acara peresmian LKSA Hasanah Kautsar, wakil dari Humanity First USA, Tuan Waleed, menyampaikan ada pepatah dalam Bahasa Inggris, “It takes a village to raise a child.” artinya, “Membutuhkan satu desa untuk mengasuh seorang anak.” Persoalan anak yatim piatu merupakan persoalan yang cukup berat dan membutuhkan kerja bersama. Dalam acara peresmian ini, kami melihat pepatah itu secara langsung, satu komunitas, satu desa datang untuk mendukung Panti Asuhan ini. Semoga, kita dapat memberikan yang terbaik untuk anak – anak yatim piatu dalam asuhan kita ke depannya.

Selain dari perwakilan Humanity First USA, peresmian juga dihadiri oleh Chairman BOT Humanity First Indonesia, Bpk. Mln. Mirajuddin. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan bahwa, pengasuhan anak yatim piatu ini merupakah perintah Allah Ta’ala yang perintahnya ada dalam Al-Qur’an dan disunahkan oleh Rasulullah SAW dalam sunah dan hadistnya. Mengutip surat Al-Ma’un, di mana dalam ayat tersebut dijelaskan:

“Tahukah kamu (orang), yang mendustakan agama, maka itulah orang yang menghardik anak yatim piatu, tidak memberi makan orang miskin, maka celakalah orang yang shalat.”


Dalam momen peresmian tersebut, Chairman BOT Humanity First Indonesia mengajak kepada semua untuk bersama – sama menyatuni anak yatim piatu. Melalui LKSA Hasanah Kautsar ini, semoga menjadi pintu untuk kita semua dalam kebaikan dan melayani kemanusiaan. Peresmian ditutup dengan rangkaian acara lainnya berupa penarikan kain yang menutupi logo Branding LKSA dan penandatanganan sebuah batu tanda prasasti oleh Chairman BOT Humanity First Indonesia (Bpk. Mln. Mirajuddin Syahid), Perwakilan Humanity First USA (Tuan Waleed) Chairman Humanity First Indonesia (Kandali Achmad Lubis) dan pendonor yang sudah menghibahkan tanahnya untuk LKSA Hasanah Kautsar (Drs H. Mansur Ahmad).

Peresmian ini didatangi oleh tokoh – tokoh yang berperan dalam kiprah LKSA sebelum diambil alih oleh Humanity First Indonesia dan juga dihadiri oleh tokoh – tokoh lainnya di Tasikmalaya seperti perwakilan dari komisi perlindungan anak daerah tasikmalaya (Ajat), Ketua PERADI (Dr. Andi, SH.), Fatayat NU dan tokoh-tokoh lainnya. Acara peresmian ini bekerjasama dengan Lembaga Forum Bhineka Tunggal Ika yang diketuai oleh Asep Rizal, yang selama ini sangat giat dalam memperjuangkan giat – giat kemanusiaan di Tasikmalaya. Rangkaian kegiatan peresmian ini meliputi Bakti Sosial Pengobatan, Pemberian Sembako untuk Anak Yatim Piatu di luar Panti Asuhan. Semoga, Humanity First Indonesia dapat memberikan yang terbaik dalam mengasuh dan melayani anak – anak yatim piatu di LKSA Hasanah Kautsar. (red.)


DSC01895
NEWS

Ikon Prestasi Pancasila: Membumikan Pancasila Melalui Aksi Kemanusiaan

Diskusi Terpumpun Koordinasi Advokasi Pembinaan Ideologi Pancasila Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) bersama Ikon Prestasi Pancasila Tahun 2021 se-Jabodetabek.

Belajar dari ideologi bangsa Pancasila kita diajarkan bagaimana berprinsip, bersikap dan beretika di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Seiring berkembangnya zaman, media sosial nampaknya makin menjadi pilihan rakyat untuk menyampaikan ekspresinya. Namun, belakangan kita melihat hal yang menggelisahkan sedang terjadi di antara saudara sebangsa. Nilai-nilai kesopanan, penghormatan kepada orang lain sudah berkurang di masyarakat. Kerenggangan rasa kekeluargaan dalam keluarga, orang tua dan anak saling tuntut-menuntut, bahkan ada yang bunuh-membunuh. Mudah tersulut terhadap berita yang belum tentu kebenarannya. Dikit-dikit lapor polisi, gampang menghujat, bahkan mengkafirkan pihak lain. Sepertinya ada yang salah dengan bangsa ini. Karakter ketimuran bangsa yang telah dirumuskan dalam Pancasila sepertinya tengah mengalami degradasi. Apakah kita menyadarinya? Apakah kita mengalami kegelisahan yang sama?

Berangkat dari kegelisahan inilah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) mengadakan Diskusi Terpumpun Koordinasi Advokasi Pembinaan Ideologi Pancasila dengan tema “Bersama Membumikan Pancasila”. Diskusi tersebut menjadi bagian dari agenda penyerahan Plakat, Selempang dan Sertifikat Ikon Prestasi Pancasila 2021 bertempat di Hotel Novotel Cikini Jakarta, 14 Januari 2023. Acara ini dibuka oleh Deputi Bidang Hukum, Advokasi dan Pengawasan Regulasi BPIP, K.A. Tajuddin, SH, MH sebelum dilanjutkan dengan acara diskusi. Menjadi moderator diskusi ini, Ngatawi Al-Zastrouw seorang budayawan sekaligus Ketua Art Makara UI mencoba menggali ide-ide dan opini dari para Ikon Prestasi Pancasila mengenai bagaimana membumikan Pancasila.  Para Ikon Prestasi Pancasila secara bergantian sharing ide dan opini positif sesuai dengan pengalaman dan latar belakang masing-masing. Mereka berkomitmen untuk bersama-sama saling bersinergi dan bergotong royong menyebarkan nilai-nilai Pancasila di tengah-tengah masyarakat khususnya kepada generasi muda saat ini, sebagaimana harapan yang disampaikan dari K.A. Tajuddin saat acara dibuka.

Penyerahan Plakat, Selempang dan Sertifikat Ikon Prestasi Pancasila 2021 kepada Humanity First Indonesia oleh Drs. R. Dian Muhammad Johan Johor Mulyadi, M.H, Direktur Penyusunan Rekomendasi Kebijakan dan Regulasi

Humanity First Indonesia sendiri berkomitmen akan selalu menjaga dan menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila dengan tidak memandang suku, ras, agama maupun antar golongan (SARA) dalam setiap aksi  pelayanan kemanusiaan. Dengan demikian, kultur kebhinekaan yang ada dalam masyarakat hakikatnya bukanlah menjadi penghalang dalam kita membantu sesama, melainkan justru menjadi peluang dan kesempatan besar agar kita terus berjuang dalam kebaikan.

Harapan sekaligus tantangan besar Humanity First Indonesia ke depan adalah dapat terus menjalankan setiap misi kemanusiaan secara optimal, terukur dan tepat sasaran. Hal ini tentu memerlukan dukungan dari banyak pihak. Kami mengajak setiap elemen masyarakat agar dapat berperan aktif dengan semangat gotong royong untuk membantu saudara-saudara sebangsa setanah air yang memerlukan bantuan moril maupun materiil. Humanity First Indonesia siap berkolaborasi dalam rangka memperkuat dan bersama-sama mensosialisasikan nilai-nilai Pancasila dengan spirit kemanusiaan yang kami jalankan. Dengan demikian, rajutan kebhinekaan bangsa dapat selalu terjaga dan terhindar dari perpecahan. (red.)

Syahid AS dan Nasir MA sebagai perwakilan Humanity First Indonesia dalam menerima Piagam Penghargaan Ikon Prestasi Pancasila 2021

(Kontributor: Nasir MA)