“Ketahanan pangan itu termasuk ketahanan negara. Karena memang pemerintah itu harus memastikan semua masyarakatnya atau rakyatnya tidak kelaparan.” -A. Masihuddin, Vice Chairman Humanity First Indonesia
Ketahanan pangan global merupakan salah satu isu penting yang perlu diperhatikan oleh semua negara, termasuk Indonesia. Ketahanan pangan sendiri merupakan kemampuan suatu negara untuk memastikan ketersediaan pangan yang cukup bagi seluruh penduduknya, baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
Sumber: Meghan Thomas from Unsplash.
Indonesia, sebagai negara agraris dengan populasi yang besar, memiliki potensi yang besar untuk menjadi negara yang mandiri dalam produksi pangan. Namun, masih banyak faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan di Indonesia seperti yang kita ketahui bahwa krisis pangan merupakan kondisi dimana ketersediaan pangan dalam suatu negara atau wilayah tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti bencana alam, perubahan iklim, konflik bersenjata, pengelolaan sumber daya alam yang buruk, dan faktor ekonomi.
Krisis pangan dapat memengaruhi ribuan bahkan jutaan orang yang harus menghadapi kelaparan dan kekurangan gizi. Dampak dari krisis pangan ini sering kali sangat merugikan bagi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, terutama bagi anak-anak dan lansia. Saat ini kita tahu hal sangat besar sedang dialami oleh beberapa negara terutama Palestina yang sedang berperang di mana tentunya hal tersebut juga sangat berdampak pada ketahanan pangan dan membuat banyak orang menderita dalam jangka waktu yang panjang.
Humanity First Telethon Internasional pada 11 Mei 2024 menampilkan konten tentang ketahanan pangan dan krisis pangan yang terjadi di banyak negara yang didedikasikan untuk mengumpulkan dana penting untuk proyek Keamanan Pangan. Global telethon merupakan acara yang disiarkan secara Internasional dan bertujuan untuk menggalang dana bagi sebuah tujuan amal atau kemanusiaan tertentu. Tujuan utama dari acara ini adalah untuk menyebarkan kesadaran tentang isu-isu kemanusiaan dan menggalang dana secara luas untuk membantu orang-orang yang membutuhkan. Humanity First secara aktif mengatasi tantangan ini melalui Program Ketahanan Pangan dan mencapai mereka yang membutuhkan di seluruh dunia.
Humanity First juga melakukan beberapa respon terhadap krisis pangan di mana salah satunya adalah ketika Covid-19 berlangsung, Humanity First memberikan bantuan makanan untuk 10.000.000 orang di beberapa negara seperti Program Promosi Humanity First Peduli Senyum yang dilakukan di Indonesia. Selain itu, Humanity First juga membuat Foodbanks yang merupakan program mengumpulkan makanan dan diberikan kepada orang-orang yang aksesnya tidak mampu, di Gambia Humanity First mendukung komunitas para petani di mana membantu para petani mendapatkan aset produksinya, dan di Palestina sebelum konflik akhir-akhir ini Humanity First membangun pertanian di atas rooftop sehingga para pengungsi bisa bertahan walau kecil-kecilan dan masih banyak hal lainnya yang dilakukan oleh Humanity First secara Internasional.
Kemudian pada segmen lain, Humanity First juga membahas secara detail tentang ketahanan pangan di Indonesia. Seperti yang dijelaskan di atas, banyak sekali faktor yang menentukan ketahanan pangan di Indonesia diantaranya pemanasan global, gagal panen, dan juga degradasi lahan pangan adalah tiga dari sekian banyak isu yang berhubungan dengan ketahanan pangan. Fenomena pemanasan global telah menimbulkan dampak yang sangat signifikan di Indonesia terutama pada sektor pertanian, kenaikan suhu yang ekstrem telah menyebabkan perubahan cuaca dan musim kering yang berkepanjangan, curah hujan tidak terduga, bahkan ancaman praktik- praktik pertanian yang tidak berkelanjutan dan eksploitasi tanah yang berlebihan telah mengakibatkan erosi tanah yang parah, menyebabkan kehilangan kesuburan, serta produktivitas lahan pertanian yang vital bagi negara Indonesia.
Sumber: Ebed de Rosary di www.mongabay.co.id
Di Indonesia sendiri tentunya faktor eksternal yang disebut perubahan iklim itu sangat berpengaruh terhadap produksi pangan. Bukan hanya pertanian, tetapi juga bahkan perikanan di mana produsen-produsen pangan di Indonesia pada saat ini sedang berjuang luar biasa untuk menghadapi krisis pangan. Nelayan memproduksi pangan dengan ancaman yang luar biasa seperti pada catatan WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) sudah ada ratusan nelayan yang meninggal di laut karena faktor iklim yang tidak menentu.
Dampak konkrit dari krisis pangan terhadap kehidupan para petani atau nelayan adalah nilai tukar. Di mana nilai tukar itu adalah sejauh mana hasil produksi petani dan nelayan meningkatkan daya beli mereka. Aktivitas pertanian dan perikanan tidak cukup menopang kehidupan ekonomi mereka. Itulah sebabnya petani dan nelayan identik dengan orang-orang miskin yang bahkan tidak dapat mengakses pangan atau aksesibilitas terhadap pangan tersebut rendah.
Lalu, bagaimana kaitan ketahanan pangan dengan kondisi ketersediaan air? Kita mungkin sering mendengar kata elnino, di mana elnino adalah sebuah fenomena cuaca yang terjadi akibat peningkatan suhu permukaan air di Samudra Pasifik Tengah dan Timur yang menjadi lebih hangat dari biasanya sehingga mengurangi curah hujan di Indonesia. Tentu ini akan berdampak pada beberapa daerah yang sering mengalami kemarau ditambah mengalami fenomena elnino yang mengakibatkan kekeringan hingga gersang. Hal-hal tersebut sangat berpengaruh pada food security atau ketahanan pangan di mana para produsen akan melakukan produksi yang terhambat sehingga membuat pertanian tidak subur dan terjadilah krisis pangan. Walaupun sumber air ada namun kemiskinan menjadi faktor utama, hal tersebut yang mempengaruhi sulitnya mengakses sumber mata air dan menghambat proses produksi bahan pangan tersebut. Itulah mengapa, donasi sekecil apapun dapat memiliki dampak besar pada kehidupan seseorang. Melalui global telethon, donasi yang murah hati dapat membuat perbedaan dalam menyediakan kebutuhan bagi yang membutuhkan.